Kasus Curi Sandal, Hukum Ibarat Pisau Tajam ke Atas dan Tumpul ke Bawah

Jakarta Kasus pencurian sandal jepit di Palu Selatan, Sulawesi Tengah, sudah sampai ke pengadilan. Kasus tersebut menggambarkan hukum di Indonesia saat ini masih belum memenuhi rasa keadilan.

"Kasus pencurian sandal oleh AAL sekali lagi memberikan bukti ke kita bahwa hukum di Indonesia masih seperti pisau tajam ke bawah dan tumpul ke atas," ujar Anggota Komisi III DPR, Aboebakar Al Habsy kepada detikcom, Rabu (4/1/2012).

Aboe membandingkan dengan berbagai kasus oknum polisi yang sudah menghilangkan nyawa orang, yang hanya dikenai sanksi disiplin. Sementara AAL, yang dituduh mencuri sandal seorang polisi harus diancam dengan pidana 5 tahun.

"Lebay banget. Memang kita tidak bisa membenarkan tindakan AAL, yang mencuri sandal polisi, namun pemukulan oleh oknum polisi kepada AAL agar mengakui telah mencuri juga tidak dapat dibenarkan, tapi kenapa aksi pemukulan tersebut tidak diproses secara pidana?" kritik politisi PKS ini.

Menurut Aboe, tindakan kekerasan anggota polisi tersebut kepada AAL adalah tindakan penganiayaan. Dia mempertanyakan mengapa oknum polisi tersebut hanya dikenai sanksi disiplin.

"Bukankah seharusnya dia bisa dikenai tindak pidana dan juga perlindungan anak, paling tidak kan diancam 15 tahun penjara. Lantas apakah hal demikian dapat disebut keadilan, keadilan model apa semacam ini?" ungkapnya.

Pengumpulan sandal di berbagai daerah untuk Kapolri, lanjut Aboe, adalah sebagai bentuk kritik yang pedas dari rakyat. Sebab, menurutnya rasa keadilan masyarakat telah dikhianati.

"Saya berharap para penegak hukum bisa melihat kasus ini dengan hati nurani," tutupnya.

Kisah ini bermula pada November 2010 ketika AAL bersama temannya lewat di Jalan Zebra di depan kost Briptu Ahmad Rusdi. Melihat ada sandal jepit, ia kemudian mengambilnya. Suatu waktu pada Mei 2011, polisi itu kemudian memanggil AAL dan temannya.

Selain diinterogasi, AAL juga dipukuli dengan tangan kosong dan benda tumpul. Kasus ini bergulir ke pengadilan dengan mendudukkan AAL sebagai terdakwa pencurian sandal. Jaksa dalam dakwaannya menyatakan AAL melakukan tindak pidana sebagaimana pasal 362 KUHP tentang Pencurian dan diancam 5 tahun penjara.

Sementara itu, Polda Sulteng telah menghukum polisi penyaniaya AAL. Briptu Ahmad Rusdi dikenai sanksi tahanan 7 hari dan Briptu Simson J Sipayang dihukum 21 hari.

Sebagai bentuk protes, aksi mengumpulkan sandal untuk Kapolri pun digelar di beberapa wilayah. Berikut lokasinya:

1. Untuk wilayah Tangerang, Komplek Citra Raya Tangerang;
2. Untuk wilayah Bekasi, di Jati Asih, Jalan Gandaria Blok M no 14, Bekasi;
3. Untuk wilayah Depok Kompleks Tugu Indah no. B22;
4. Untuk Wilayah Jakarta di kantor KPAI, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat;
5. Untuk Wilayah Palembang di Jalan Basuki Rahmat No 2, Kel. Talang Aman, Kec. Ilir Timur I, Palembang.

Sementara itu, Mabes Polri menggelar jumpa pers terkait kasus AAL. Mabes Polri menegaskan, kasus AAL masuk ke pengadilan atas permintaan orangtua AAL sendiri. Mabes Polri juga bersedia menerima sandal sumbangan masyarakat dari posko di KPAI tersebut dan akan mendonasikan kepada yang membutuhkan.

Kalau menurut saya, kalau AAL dihukum 5 tahun penjara, oknum polisi itu harus dihukum lebih berat lagi, misalnya sanksi  7 tahun penjara. Polisi seharusnya tidak boleh main hakim sendiri, namun Oknum polisi itu malah memukuli habis-habisan seorang anak yang hanya mencuri sandal jepitnya. Sandal jepit yang harganya tidak seberapa. Mengapa  cuma beraninya dengan anak kecil ?, sementara pejabat-pejabat tinggi di pemerintahan malah duduk bersantai di kursi empuknya sambil makan uang rakyat yang jumlahnya ratusan juta bahkan miliaran rupiah.. Kalau oknum polisi itu memukuli pejabat itu sampai babak belur atau bahkan sampai mati-pun, saya rasa itu hal yang pantas. Tapi kalau orang kecil yang digitu-kan, wah that's not right.....     

Disunting dari: news.detik.com dengan penambahan

Abu Rizal Bakrie, Insinyur Cerdas Pebisnis Handal

Ir. H. Aburizal Bakrie atau yang biasa dipanggil  Ical mencuat ke pentas nasional berawal dari dunia bisnis. Dia adalah putra sulung pengusaha H Achmad Bakrie, kelahiran Jakarta 15 November 1946.

Kini, Ical memimpin Bakrie Grup, sebuah kelompok bisnis yang dirintis mendiang ayahnya. Grup bisnis yang dirintis ayahnya bermula dari perdagangan rempah-rempah dan hasil perkebunan, khususnya dari Provinsi Lampung.

Di bawah kendali Ical, Grup Bakrie tetap eksis dan mampu bertahan dari badai ekonomi yang melanda negeri ini. Sebelum dikenal sebagai pemimpin kelompok usaha ini, Ical memimpin Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Di dunia usaha pula, dia menjabat Ketua Umum Kadin Indonesia sejak 1994 hingga 2004. Posisinya di Kadin telah mengantarnya untuk berkutat pada persoalan-persoalan nasional yang lebih besar daripada persoalan-persoalan yang dialami perusahaannya sendiri.
Tokoh yang satu ini adalah "trade mark"-nya Kadin (Kamar Dagang dan Industri). Sebutan itu bukan tidak beralasan. Selama sepuluh tahun (periode 1994-1999 dan 1999-2004) memimpin Kadin, Aburizal Bakrie berhasil membawa organisasi pengusaha itu sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan pemerintah.

Usai memimpin Kadin Indonesia, Ical ikut konvensi calon presiden yang diselenggarakan Golkar tahun 2004 dan sempat masuk tujuh besar. Meski kandas, tetapi tampaknya dia memetik pelajaran bagaimana permainan politik sesungguhnya.

Pengalaman menjajaki dunia politik itu kemudian mengantarnya menjadi salah satu menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) periode 2004-2009 dengan posisi sebagai Menko Perekonomian, dan selanjutnya menjabat Menko Kesra. 


Ical pernah disebut-sebut sebagai orang terkaya se-Asia Tenggara. Dia pengusaha yang terbilang paling gemilang pada sepuluh tahun reformasi di Indonesia. Selain bisa keluar dari krisis ekonomi yang mengancam perusahaannya, Bakrie Grup, justru bisa menduduki posisi penting di pemerintahan.

Keluarga Bakrie pernah pula dinobatkan oleh Majalah Forbes Asia sebagai orang terkaya di Indonesia tahun 2007. Dia tidak membantah tetapi juga tidak menanggapinya secara berlebihan.
Apa rahasia sukses bisnis keluarga ini? KABAR heboh itu bertiup dari Singapura. Dari Negeri Singa itulah, majalah Forbes Asia edisi 13 Desember 2007 dilansir. Isinya, seperti tahun-tahun sebelumnya, memajang daftar orang-orang super-tajir alias terkaya dari Indonesia. Dan yang bikin heboh, jawaranya untuk tahun ini adalah Aburizal Bakrie, pengusaha sekaligus politisi yang pernah tersuruk di masa krisis ekonomi satu dekade silam.

Banyak orang terkesiap. Bagaimana mungkin Ical—panggilan akrab Aburizal—yang sebelumnya masih di urutan keenam dengan kekayaan US$ 1,2 miliar, kini menyodok ke urutan teratas? Jawabannya, menurut hasil riset Forbes, terletak pada kemampuannya melipatgandakan pundi-pundi ekayaannya.

Hanya dalam tempo setahun, kekayaan keluarga Aburizal Bakrie melejit hampir lima kali lipat dari angka tahun lalu menjadi US$ 5,4 miliar atau sekitar Rp 50,2 triliun! Berkat prestasi ini, Aburizal langsung menggusur lima taipan papan atas sekaligus. Bos Grup Raja Garuda Mas, Sukanto Tanoto, yang tahun lalu dinobatkan sebagai orang terkaya, kini turun satu peringkat ke urutan runner-up.

Sejumlah kolega Aburizal langsung menyambut dengan suka cita pengumuman Forbes itu. Wakil Presiden (waktu itu) Jusuf Kalla dan Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia, Suryo B. Sulisto, termasuk di antaranya. ”Jangan lupa, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, orang terkaya diduduki oleh pengusaha pribumi,” kata Kalla.

Grup Bakrie memang sedang mujur. Menurut seorang bankir investasi, kelompok usaha ini diuntungkan dua berkah sekaligus: harga komoditas yang melonjak di pasar dunia dan serbuan investor global di pasar modal Asia-Pasifik. Itu sebabnya, indeks saham di sejumlah bursa di kawasan ini melesat rata-rata 27 persen sepanjang tahun ini. BursaIndonesia bahkan diperkirakan tumbuh hingga 52 persen.

PT Bumi Resources Tbk. termasuk salah satu unit usaha Grup Bakrie yang ketiban rezeki nomplok. Produsen batu bara terbesar di Indonesia itu ibarat mendapat durian runtuh. Harga batu bara, produk jualannya, meroket dari US$ 50 per ton pada akhir 2006 menjadi US$ 90 per ton di akhir tahun ini. ”Tren ini dipicu oleh lonjakan permintaan dari Cina dan India,” ujar Poltak Hotradero, analis Recapital Asset Management.

Lalu apa rahasia di balik kejayaan Grup Bakrie? Sejumlah analis dan eksekutif dari grup bisnis ini menyebut kuncinya terletak pada kepiawaian manajemen melihat peluang dan waktu dalam pengambilan keputusan. Menurut Suryo Sulisto, Presiden Komisaris Bumi Resources, ini tak lepas dari gerak cepat Grup Bakrie membajak para profesional handal, dari dalam dan luar negeri, untuk menduduki posisi teras manajemen.

Ada pula jawaban lain di balik melejitnya bisnis Bakrie. Di mata ekonom Dradjad Wibowo, kunci kesuksesan Bakrie merupakan gabungan tiga hal: keberuntungan, kepiawaian membaca pasar, dan kedekatan dengan lingkar kekuasaan. Seorang bankir investasi menambahkan satu faktor: kemujuran. Kelihaian Bakrie mencuri peluang dari pesaing bisnisnya tak diragukan lagi.


Abu Rizal Bakrie merupakan tokoh yang patut untuk kita contoh dan kita teladani. Beliau selain seorang politisi juga seorang pebisnis handal. Kayak gini nih harusnya generasi muda Indonesia...! apalagi kalau ditambah rasa kedermawanan dan rasa kepedulian yang tinggi terhadap rakyat kecil.

Disunting dari: http://chudrizal.blogspot.com dengan penambahan 

MOBIL KIAT ESEMKA, PENCERAHAN TEKNOLOGI OTOMOTIF

Tahun 2012 bakal menjadi tahun bersejarah bagi bangsa indonesia, karena pada tahun ini berhasil diciptakan mobil orisinil rakitan anak bangsa. Yakni, mobil karya siswa SMK di daerah Solo, Jawa Tengah. Meskipun tidak memproduksinya secara keseluruhan, tetapi ini merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Melihat realita selama ini bahwa  para mahasiswa jurusan otomotif di berbagai universitas terkemuka di Indonesia dan lembaga-lembaga riset teknologi yang secara khusus dibiayai pemerintah belum mampu memberi kontribusi yang berarti terhadap dunia industri otomotif.  

Selain menjadi prestasi yang membanggakan bagi bangsa Indonesia, peristiwa ini sekaligus  menjadi teguran bagi lembaga-lembaga teknologi yang kedudukannya lebih tinggi daripada SMK  yang notabene merupakan lembaga dibawah naungan Dinas Pendidikan yang beranggotakan anak-anak ABG.

Gebrakan baru ini tampaknya telah menyedot perhatian para pejabat terbukti  Walikota Solo Joko Widodo dan Wakil Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo menjadikan mobil SUV produksi Kiat Esemka menjadi mobil dinas, menggantikan mobil dinasnya Toyota Camry. Berawal dari dua pejabat tersebut, mobil Esemka kemudian mulai merambah dunia pertahanan, menurut berita yang saya lihat, Kostrad memesan 20 Kiat Esemka untuk kendaraan dinas, anda juga bisa melihat, kabarnya Menteri BUMN Dahlan Iskan dan juga Ketua DPR Marzuki Alie secara terang-terangan kepincut dengan mobil Esemka buatan anak negeri.

Kemajuan ini memang sangat dibutuhkan oleh bangsa kita, khususnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Dengan adanya mobil kiat Esemka diharapkan mampu menekan tingginya harga kendaraan roda empat di pasaran sehingga masyarakat kelas menengah mampu membelinya. Selain itu kebutuhan akan kendaraan roda empat terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. 

Namun, upaya pengembangan mobil Esemka nampaknya bakal menemui tantangan yang cukup besar, silahkan anda bayangkan bila mobil Esemka harus dijual dengan murah dan dituntut untuk berkualitas baik sejajar dengan mobil-mobil merek Internasional, “apa nggak bangkrut tuh?”, Menteri Perindustrian MS Hidayat mencatat sejumlah kendala pembangunan mobil nasional. Salah satunya adanya keterbatasan rantai pasokan bahan, khususnya dari industri komponen nasional. “Rantai pasokan yang ada umumnya dari usaha kecil dan menengah, sehingga urusan kualitas akan menjadi hambatan utama,”katanya.

Karena alasan kualitas itu, lanjut Hidayat, persyaratan teknis terkait regulasi keselamatan bisa menjadi kendala. Sementara bila menggunakan komponen impor harus mempertimbangkan banyak hal, termasuk hak kekayaan intelektual. Sehingga kalo mau pake’ barang impor harus bayar mahal untuk membeli restu dari si empunya produk, agar produknya bisa kita gunakan dengan aman. 

Kendaraan merek baru yang belum memiliki jaringan layanan purna jual juga akan menjadi hambatan. Hidayat mengatakan, karakteristik industri mobil ini sangat bergantung pada jaringan bengkel dan layanan suku cadang, sehingga masyarakat percaya dan mau menggunakan produk tersebut.

Belum lagi soal keekonomisan produksi. Produksi kendaraan akan selalu memperhitungkan tingkat keekonomian suatu produk, sehingga jika peminatnya sedikit, tak mungkin mobil itu diproduksi massal. “Skala ekonomi ini benar-benar diperhitungkan dengan permintaan pasar yang ada,” kata Hidayat.

Sehingga menurut saya, keberadaan mobil Esemka harus kita dukung penuh dengan cara membeli produknya dengan mempercayai kualitas karya anak negeri tersebut. Tanpa membandingkannya dengan produk-produk buatan luar negeri yang sudah pasti lebih berkualitas. Saya yakin dengan kepercayaan dari kita semua, lambat laun tapi pasti mobil Esemka akan mampu bersaing dengan mobil-mobil impor.

MARK UP GEDUNG DPR, PENGHAMBURAN UANG RAKYAT

Akhir-akhir ini berita bahwa DPR merenovasi ruang rapat badan anggaran (Banggar) begitu menggelitik hati kita. Sontak, kejadian itu menuai banyak kritik dari berbagai kalangan. Bagaimana tidak, Selain DPR yang merenovasi ruang rapat badan anggaran dengan dilengkapi kursi-kursi impor yang menelan biaya Rp20,3 miliar,Mahkamah Agung (MA) juga mengalokasikan anggaran Rp11,4 miliar untuk pengadaan mebel ruang kerja pimpinan MA dan ruang sidang. Selain ruang rapat yang bernilai Rp20,3 miliar, DPR juga menghabiskan Rp1,5 miliar untuk belanja pewangi ruangan serta Rp1,3 miliar untuk pembuatan kalender tahun 2012.

Para pengusaha mebel dalam negeri mengaku kecewa atas tindakan impor mebel para wakil rakyat tersebut. Mereka menyatakan bahwa kualitas mebel lokal tidaklah kalah dengan mebel impor bahkan, justru pada mebel lokal kualitas ekspor kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan mobil impor yang harganya teramat mahal. Ini menunjukkan ketidakcintaan pemerintah terhadap produk dalam negeri. Secara lebih lanjut, tindakan mark up ini menunjukkan keegoisan dan ketidak pedulian  para wakil rakyat terhadap masyarakat. Masih banyak sektor-sektor negara yang menyangkut hajat hidup orang banyak yang perlu direnovasi dan dikembangkan. Namun, mereka malah menggunakannya secara berlebihan untuk kepentingan dan kenyamanan mereka sendiri.

 Ini sungguh ironis, bila kita melihat kenyataan di lapangan, bahwa banyak sektor yang memerlukan sentuhan tangan dari pemerintah alias perlu dibenahi. Seperti contoh, masalah pengangguran di Indonesia, pembangunan sarana umum seperti jembatan dan  jalan raya, masalah pemukiman kumuh, dan masih banyak lagi.

Para wakil rakyat seharusnya tidak bermewah-mewahan sehingga terkesan sebagai tindakan penghamburan uang rakyat. Mereka boleh merenovasi ruang kerja mereka karena itu untuk kenyamanan kerja berkaitan dengan peningkatan kinerja yang leih baik lagi. Namun, tidak sepantasnya melakukan mark up secara berlebihan bahkan sampai mengimpor barang hasil produksi negara lain.
(*mine)

About This Blog

Blog ini diharapkan mampu mendongkrak semangat baru generasi muda untuk terus mengadakan perubahan...
Tunjukkan merahmu...
Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Followers

Mengenai Saya

Foto saya
Jangan mempersoalkan tentang seberapa besar pelayanan yang diberikan oleh negara kepadamu. Tetapi pikirkanlah seberapa besar kontribusi yang sudah kau berikan untuk bangsamu.....

Blogger news


Blogger templates

free counters